Dua macam Syrik besar dan Syirik kecil
Patung Sphinx Mesir kuno |
Perbuatan syirik sangat bertentangan dengan keimanan
kepada uluhiyah dan keesaan Allah . Jika mengesakan Allah dalam beribadah
adalah kewajiban utama seorang Muslim, maka syirik adalah dosa terbesar yang
tidak akan diampuni kecuali dengan bertaubat. Allah ‘. berfirman, “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengam puni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain
syirik itu, bagi siapa saja yang dikehendakiNya.” (An-Nisaa’ 48)
Ketika Rasulullah ditanya tentang dosa apakah yang paling
besar di sisi Allah, maka beliau menjawab, “Menjadikan sekutu bagi Allah, padahal
Dia yang menciptakanmu.” (HR. Al-Bukhari, no. 4207 dan Muslim, no. 86)
Syirik juga merusak dan menghancurkan ketaatan. Allah ‘berfirman,
“Seandainya mereka memperseku tukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan
yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am; 88)
Orang musyrik juga diancam dengan siksaan api neraka
jahannam yang abadi. Allah berfirman,”Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah menghararnkan baginya surga, dan tern
patnya ialah neraka.” (Al-Maa’idah: 72)
1 Syirik Besar. Yaitu ketika seorang hamba
mempersembahkan peribadatannya kepada selain Allah. Setiap perkataan dan
perbuatan yang disukal Allah, dan dipersembahkan untuk-Nya, maka ini merupakan
refleksi tauhid dan keimanan. Namun jika semua itu dipersembahkan kepada selain
Allah, maka ini adalah syirik dan kekafiran.
Contoh perbuatan syirik adalah ketika seseorang
memanjatkan doa (permohonan) kesembuhan kepada selain Allah; meminta kelapangan
rezeki, bertawakkal kepada selainNya, dan bersujud kepada selain-Nya.
Allah f berfirman, “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan doamu.” [Ghafir: 60)
Allah k juga berfirman, “Dan hanya kepada Allah hendaknya
kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Al-Maa’idah: 23)
Allah berfirman lagi, “Maku bersujudlah kepada Allah
dun sembahluh (Diuj” (An-Najm: 62) Barangsiapa yang menyekutukan Allah dalam
ibadahnya, maka dia telah musyrik dan kafir.
2 Syirik Kecil. Yaitu setiap perkataan dan perbuatan yang
mengantarkan kepada musyrik besar, dan segenap cara yang membuat seseorang
terjerumus ke dalam syirik besar.
- Contohnya adalah riya (sifat ingin dilihat orang). Seseorang terkadang melaksanakan shalat dalam waktu yang sangat lama, bertujuan agar dilihat oleh orang lain, atau mengeraskan suara dalam membaca Al-Qur’an dan wirid supaya didengar dan mendapatkan pujian orang lain. Rasulullah. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan kepada kalian adalah syirik keciL” Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil wahai Rasulullah ?“ Beliau menjawab, “(ya.” (HR. Ahmad, no. 23630)
- Perkataan-perkataan yang dilarang karena bertentangan dengan kesempurnaan tauhid, seperti bersumpah dengan selain nama Allah, seperti: “demi hidupmu”, “demi nabi “, dan seterusnya. Padahal Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, maka sungguh ia telah kafir atau syirik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim)
Apakah
Memohon Bantuan Orang Lain termasuk Syirik?
Islam datang untuk melepaskan akal manusia dan belenggu
takhayul dan dajjal, serta membebaskan jiwa dan ketundukan kepada selain Allah.
Dengan demikian, Islam melarang meminta bantuan kepada
orang mati, benda mati, atau takut dan tunduk kepada benda-benda mati Iainnya.
Karena semua itu termasuk perbuatan khurafat dan syirik.
Sedangkan meminta kepada orang yang masih hidup untuk
memberi bantuan dalam persoalan yang tidak mampu dikerjakan sendiri, maka hal
itu diperbolehkan dalam Islam. Misalnya, seseorang meminta tolong diselamatkan
agar tidak tenggelam, karena dia tidak bisa berenang, atau meminta seseorang
agar ikut mendoakannya kepada Allah.
Penjelasan pada gembar 1 |
Penjelasan pada gembar 2 |
Dalam banyak ayat A1-Qur’an, kita dikenalkan dengan
definisi Tuhan dan Pencipta manusia. Bahkan hal tersebut banyak diulang,
mengingat betapa pentingnya seorang Muslim untuk mengenal Tuhannya dengan
segenap nama dan sifat-Nya yang mulia nan sempurna. Demikianlah agar manusia
dapat
beribadah kepada Allah atas dasar ilmu yang mumpuni, sehingga bisa berpengaruh
dalam kehidupan dan ibadahnya.
Seorang Muslim wajib mengimani seluruh nama dan sifat
Allah, sesuai dengan ketetapan-Nya, baik yang tertera
dalam Al-Qur’ an ataupun dalam hadits Nabi Muhammad , sesuai dengan keesaan dan
keagungan Allah.
Allah mempunyai nama-nama dan sifat-sifat mulia yang
sempurna. Tidak ada yang mampu menandingi nama dan sifat-Nya. Allah berfirman,”Tidak
ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan
Melihat.” (As-Syuu’raa’: 11)
Beberpa Nama Allah
Ar-Rahman Ar-Rahim ( Maha Pengasih dan Maha Penyayang )
Dua nama ini terdapat dalam surah AlFatihah, di mana
Allah mulai mengenalkan segenap nama-Nya kepada para hambaNya.
Dia menjadikan
kedua nama itu sebagai simbol yang menonjol dalam setiap permulaan surah dalam
Al-Qur’ an yaitu:
Sungguh, Allah Mahamulia ketika melekatkan sifat rahmat
pada diri-Nya.
Rahmat (kasih sayangj Allah teramat luas dan tak
terbatas. Bahkan rasa kasih sayang di antara makhluk; kasih sayang seorang ibu
kepada anaknya dan ketersediaan makanan untuk para makhluk-Nya adalah bagian
dan kasih sayang Allah kepada para makhluk-Nya. Allah ‘herfIrman, “Maka
perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang
sudah math” [Ar-Ruum: 50)
Suatu ketika, Rasulullah dan para sahabatnya melihat
seorang wanita yang sedang mencari anaknya yang hilang, lalu dia dapat
menemukannya, dan seketika itu dia langsung mendekap dan menyusuinya. Kemudian
Rasulullah bersabda, “Menurut pendapat kalian, mungkinkah wanita ini
melemparkan anaknya ke neraka? Para sahabat menjawab, “Tidak mungkin, karena
dia mampu melarang hal itu terjadi.’ Maka Rasulullah bersabda, Allah lebih
sayang kepada hamba-Nya daripada si wanita itu kepada bayinya.” [HR Al-Bukhari,
no. 5999 dan Muslim, no. 22)
Rahmat Allah sangat besar bagi hamba-Nya, dan takkan
terbayangkan siapapun. Bahkan, kalau semua hamba dan makhluk Allah mengetahui
kadar kasih sayang-Nya kepada mereka, maka mereka tidak akan pernah puas dengan
rahmat-Nya.
Harimau yang sedang menjaga Anaknya |
Rahmat Allah Terbagi Dua:
Rahmat Allah untuk semua makhluk-Nya, baik manusia, jin, hewan, dan benda mati tanpa kecuali. Dengan rahmat itu, seluruh makhluk Allah mendapat kemudahan akses duniawi. Allah berfirman, “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu.”[Al-Mukmin: 7)
Rahmat Allah yang hanya dikhususkan bagi hamba-Nya yang beriman. Allah ‘ memberikan kepada mereka kemudahan dalam beribadah, ketaatan, dan juga kebaikan. Allah menyempurnakan kebaikan-Nya bagi para hamba-Nya dengan memberikan maaf, ampunan, serta memasukkan mereka ke dalam surga dan menyelamatkan mereka dan api neraka. Allah ‘ berfirman, “Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang
mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: Salam; dan Dia menyediakan pahala
yang mulia bagi mereka.” (Al-Ahzab: 43-44)
Rasulullah bersabda, “Ketahuilah siapa pun dan kalian
tidak masuk surga karena amalnya.” Para sahabat bertanya,’ Termasuk engkau juga
wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Termasuk aku juga, kecuali Allah
memberikan rahmat-Nya kepadaku.” (HR. Muslim, no.2816)
Semakin besar ketaatan seorang hamba, serta semakin dekat
dan tunduk kepada Allah, maka hamba tersebut semakin berhak atas rahmat Allah.
Allah ‘berfirman, “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.” (A1-A’raf: 56)
Allah mendengar semua suara, meskipun bahasa dan
kebutuhan setiap manusia berbeda, baik diucapkan dengan suara keras atau
nyaring. Sebagian orang awam menyangka bahwa Allah tidak mendengar
rahasia-rahasia mereka dan pembicaraan samar-samar mereka. Maka Allah
menurunkan ayat ini untuk membantah semua prasangka itu. Allah berfirman,
‘Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikanisikan
mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami
selalu mencatat di sisi mereka.” (Az-Zukhruf: 80)
Allah mampu melihat segala sesuatu, walaupun itu sangat
kecil dan tersembunyi. Tidak ada yang samar bagi penglihatan Allah. Nabi
Ibrahim menolak perintah bapaknya untuk menyembah berhala yang tidak bisa melihat dan tidak
bisa mendengar. Dia berkata seperti dalam Al-Qur’an, “Wahal bapakku, mengapa kamu
menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu
sedikit pun?” (Maryam: 42)
Apabila seorang hamba sudah mengetahui bahwa Allah Maha
Mendengar dan Maha Melihat, tidak ada benda sekecil apa pun yang samar
bagi-Nya, baik di langit ataupun di bumi, maka hal tersebut memunculkan
perasaan diawasi oleh Allah (muraqabatullah).
Dengan demikian, dia akan menjaga lidahnya agar tidak
berbohong dan mengumpat. Dia akan menjaga seluruh anggota tubuhnya bahkan
getaran hatinya dan menjauhkannya dan hal yang membuat Allah murka. Dia akan
menggunakan seluruh nikmat Allah itu dalam hal yang disukai oleh-Nya karena
Allah bisa melihatnya baik yang nampak, tersembunyi dan baik lahir dan
batinnya. Rasulullah ‘bersabda, “Insan (kebaikan) adalah menyembah Allah
seolah-olah kamu melihat-Nya. Meskipun engkau tidak melihatnya yakinlah bahwa
Allah melihatmu.” [HR Al-Bukhari, no. 50 dan Muslim, no. 9 dan Abu Hurairah)
No comments: