Powered by Blogger.

Panduan Praktis FIQIH SHAUM

Panduan Praktis FIQIH SHAUM H.
Gozali Sudirjo, Lc.

 Panduan Praktis Fiqih Shaum
 Panduan Praktis Fiqih Shaum

Pengantar:

SHAUM ADALAH BENTENG RAFATS DAN JAHIL 

Shaum itu adalah benteng, hendaklah orang yang shaum tidak melakukan rafats dan tidak juga jahil. Demikianlah, kutipan hadits shahih Imam Bukhari. Rafats adalah perkataan kotor dan berbau cabul. Rafats juga berarti jima‟ (hubungan suami-istri) dan muda abah (pendahuluannya).

Rafats hulunya adalah mulut dan muaranya adalah kemaluan. Rafats didalam Islam hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri di tempat yang sangat rahasia dan tidak boleh diceritakan kepada siapapun. Jika dilakukan selain pasangan suami istri ia menjadi virus berbahaya yang akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Shaum juga menurut Rasulullah berfungsi untuk membentengi diri dari perbuatan jahil. Perbuatan jahil artinya melakukan tindakan yang bisa mendatangkan dosa seperti berkata kasar, menjelek-jelekan orang lain, serta segala perkataan maupun tindakan yang tidak layak diucapkan atau dilakukan. Perbuatan jahil disini hulunya juga adalah mulut tetapi muaranya adalah tangan dan kaki. Artinya dengan perbuatan jahil itu akan menimbulkan tindak kekerasan seperti pertegkaran, perkelahian, pembunuhan dan lain-lain.

Kita Saat Ini Dikelilingi Rafats dan Jahil

Dunia kita saat ini benar-benar sudah dikepung rafats dan jahil. Mulai dengan pola makan, minum dan seks yang tidak terkendali. Dengan kecanggihan teknologi cara untuk menyebar rafats pun semakin canggih dan terbuka lebar. Televisi, CD, DVD, Video Klip, internet, HP, Iphone, ipad dan sebagainya menjadi sarana sangat efektif untuk menyebarluaskan rafats dan jahil.

Akibatnya yang cukup serius adalah meningkatnya angka perzinahan ditengah-tengah masyarakat bahkan dikalangan anak-anak yang masih berusia belia. Data hasil penelitian mahasiswa S3 UI, 8.941 pelajar dari 119 SMA/sederajat di Jakarta, hasilnya lima dari 100 pelajar SMA di Jakarta melakukan seks pranikah. Pola pacaran yang dilakukan antara lain; mulai berciuman bibir, meraba-raba dada, menggesekan alat kelamin (petting) sampai dengan hubungan seks.

Perilaku seks pranikah itu pun erat kaitannya dengan penggunaan narkoba di kalangan pelajar. Tujuh dari 100 pelajar SMA/sederajat di Jakarta pernah memakai narkoba. Penyakit thaun yang diberitakan Rasulullah akibat pola seks bebas sudah mulai terbukti. Diantara penyakit thaun yang sangat menakutkan dan berdampak kematian adalah HIV/AIDS. HIV adalah virus yang menurunkan dan merusak sistem kekebalan tubuh nanusia. AIDS adalah kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh yg disebabkan infeksi HIV. Media sumber „kejahatan‟ kata-kata Rafats dan Jahil Alasan mendasar data ini saya sampaikan adalah semakin “terbiasanya” masyarakat dengan kata-kata tidak patut.

Ditambah media sebagai corong utama pendukung „kejahatan‟ kata-kata rafats dan jahil. Sebut saja, acara-acara dagelan atau lawakan yang ditampilkan media, syarat dengan kata-kata kasar, jorok, dan tidak patut di tonton masyarakat umum, terlebih kanak-kanak yang belum mempunyai filter. Mereka belum bisa memilih, mana kata yang baik dan buruk. Naudzubillah tsuma naudzubillah. Sebut misalnya dalam acara Ramadhan “Sahur Semua Sahuur” (RCTI), Ucok Baba dikatai “ulat cengkeh” atau “curut” oleh Komeng dan Vincent. Pada tanyangan lain, Komeng berkata kepada Ucok Baba, “Jorok banget studio banyak tikus!” sambil berusaha memukul Ucok Baba.

Dan masih banyak contoh lainnya. Sebut saja, saling ejek antar pemain juga tak luput dari mulut mereka. Misalnya acara “Pesbukers (Pesta Buka Bareng Selebritis)” di ANTV. Misalnya Olga berkata, “Pak RT baru beli musang?” sambil menunjuk Opie Kumis. Deni berkata, “kapan lagi saya nyuapin biawak” kepada Narji. Pada episode lain, Deni berucap, “muke lu kayak botol ketoprak” kepada seorang pemain. Selanjutnya Deni berpantun, “makan golek makan kue cucur, lu udah jelek, muka hancur” kepada Opie.

Penghinaan, hardikan dan gaya bicara kasar semacam ini begitu mudah kita dengar. Naudzubillah tsuma naudzubillah! Fenomena diatas cukup kiranya bagi kita, bahwa memang rafats dan jahil tengah mengepung dengan dahsyat. Resep yang ditawarkan Rasulullah untuk mencegah meluasnya virus ini dengan shaum. Ia berfungsi membentengi dari syahwat yang tidak terkendali.

Selain sebagai benteng, shaum juga sebagai sarana peningkatan ruhiyah, kepedulian sosial dan terapi kesehatan. Mudah-mudahkan kita semua bisa merasakan dan mewujudkan 3 fungsi shaum ini. Amin

Subang, 28 Sya‟ban 1434 H H.
Gozali Sudirjo, Lc.


No comments: