Powered by Blogger.

Rukun Iman Makna Keimanan kepada Allah

Yaitu percaya dengan segenap keyakinan akan keberadaan Allah mengakui-Nya sebagai Pencipta, ilah (Tuhan) yang berhak disembah dan mengimani seluruh nama dan sifat-Nya.

Kita akan membahas empat hal tersebut secara mendetail, sebagai berikut:

1 Mengimani Keberadaan Allah Fitrah Beragama
Mengakui keberadaan Allah  merupakan fitrah manusia yang tidak terbantahkan. Karenanya tidak aneh, jika semua orang apapun agamanya pasti mengakui eksistensi Allah . Dalam hati kita sendiri, pasti mengakui bahwa Allah itu ada. Hal ini dapat diketahui ketika kita mengadukan semua keluh kesah dan kesulitan kita kepada Allah . 

Bersamaan dengan naluri kemanusiaan, dan kebutuhan manusia itu sendiri akan agama, maka keberadaan Allah tidak bisa dinafikan, walaupun sebagian manusia berusaha menafIkannya. Semua itu dapat kita lihat dan realita betapa banyaknya doa dan perinintaan manusia yang dikabulkan oleh Allah. Hal menjadi bukti meyakinkan bahwa Allah ada.

Dalil tentang keberadaan Allah

sangat jelas untuk disebutkan ataupun dihitung, antara lain:
Setiap orang tentu mengetahui bahwa segala sesuatu yang tercipta pasti ada yang menciptakannya. Karenanya, seluruh makhluk hidup yang pernah kita saksikan, pasti ada yang menciptakannya, yaitu Allah Sebab, tidak mungkin jika suatu makhluk ada tanpa ada yang menciptakannya. 

Sebagaimana juga tidak masuk akal seandainya benda-benda yang ada ini hadir dengan sendirinya, karena benda itu tidak bisa muncul dengan sendirinya. Allah berfirman, Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (din sendiri),” (Ath-Thuur: 35).

Maknanya, mereka tidak mungkin diciptakan tanpa pencipta dan mereka juga tidak mungkin menciptakan diri sendiri. Maka pasti yang menciptakan mereka adalah Allah

Sistem alam semesta yang sangat teratur;  dengan langit dan buminya, bintang-geinintang dan pepohonan. Semuanya menjadi bukti nyata bahwa ada Pencipta tunggal yang menciptakan alam semesta ini Dialah Allah. Allah berfirman, “Begitulah perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu” 
[An-Naml: 88]

Sebagai contoh, lihatlah sistem tata surya dan planet ini. Semuanya bergerak dalam porosnya masing-masing, tidak terjadi bentrokan dan tidak saling tumpang-tindih. Allah berfirman, “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului slang dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Yasin: 40]

2 Mengimani Allah Sebagai Rabb, Sang Pencipta (Tauhid Rububiyah)
Makna Tauhid Rububiyah

Yaitu mengakui, membenarkan dengan segenap keyakinan bahwa Allah adalah Rabb (Sang Pencipta) semesta alam, Mahakuasa, dan Maha Pemberi rezeki. Dialah Allah Yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan. Allah-lah yang memberi kebaikan dan mencegah keburukan. Dialah Allah Yang Maha Menguasai segenap kekuasaan; kebaikan ada di tangan-Nya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang menyamai-Nya dalam hal itu.

Kesimpulannya, Allah Maha Berkehendak dalam setiap perbuatan-Nya sendiri. Dengan deinikian, maka kita harus meyakini:

Hanya Allah Pencipta semua yang ada di muka buini ini, dan tidak ada pencipta selainnya. Allah berfirman, AlIah Yang menciptakan segala sesuatu.” (Az-Zumar: 62] Adapun penciptaan (pembuatan) yang dilakukan manusia hanyalah sebuah proses perubahan dan satu kondisi ke bentuk lainnya, baik dengan cara mengumpulkan, menyusun, dan seinisalnya. Penciptaan yang dilakukan manusia tidak bermakna “menciptakan” seperti yang kita pahaini, yaitu menciptakan dan ketiadaan sebelumnya atau menghidupkan yang mati.

Allah adalah Maha Memberi rezeki kepada para makhluk-Nya, dan tidak ada yang bisa melakukan hal itu selain Allah. Sebagaimana firman-Nya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan AIlah-lah Yang memberi rezkinya.” (Hud: 6]

Allah adalah Raja Diraja, dan tidak ada penguasa sejati kecuali Allah semata. Allah  berfirman, “Kepunyaan Allah-lah Kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya.” [Al- Maaidah: 120]

Allah adalah Tuhan yang Maha Mengatur segala urusan alam semesta, dan tidak ada pengatur lain selain Allah. Allah  berfmrman, “Dia mengatur urusan dan langit ke bumi.” [As-Sajdah: 5].

Adapun manusia hanya memiliki kemampuan terbatas untuk mengurusi pensoalan hidupnya. Dia hanya bisa melakoni sesuai kemampuannya saja. Tetapi kekuasaan Allah untuk mengatur seluruh alam semesta begitu komprehensif, sangat absolut, dan tak terbatas. Allah berfirman, “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. MahasuciAllah, Tuhan semesta alam.” (Al-A’raf: 54]

Kaum Musyrik Arab pada Masa Rasulullab Juga Mengakui Rububiyah Allah
Kaum kafir Quraisy pada zaman Rasulullah pun mengakui bahwa Allah adalah Yang Maha Pencipta, Pengatur, dan Penguasa alam semesta. Meski demikian, testimoni saja tidak cukup untuk menjadikan mereka sebagai muslim. Allah berfirman, “Dan sesungguhnyajika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ tentu mereka akan menjawab: ‘Allah “.“ [Luqman: 25)

ini mengingat, siapa saja yang mengakui bahwa Allah Tuhan semesta alam; meyakini sebagai Sang Penciptanya, Penguasa, dan Pengatur alam dengan segenap fasilitas yang diberikan, maka dia harus menerima konsekuensi berikutnya, yaitu mengesakan (tauhid) Allah dengan cara beribadah kepada.Nya dan tidak menyembah selain-Nya.Sebab, tidaklah logis apabila seorang manusia mengakui Allah. sebagai pencipta dan pengatur alam yang menghidupkan dan mematikan, namun dia malah menyembah sesuatu selain Allah. ini merupakan dosa terbesar. 

Karenanya, Luqman menasihati anaknya, “Hal anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman: 13) Ketika Rasulullah ditanya tentang dosa yang paling besar? Beliau menjawab, Engkau menyembah selain Allah, padahal Allah yang menciptakanmu.” [HR. Al-Bukhari, no. 4207 dan Muslim, no. 86)

Meyakini Tauhid Rububiyah akan Membuat Hati Tenteram
Seorang hamba wajib meyakini dalam hatinya bahwa tidak mungkin bagi seorang manusia untuk lepas dan kekuasaan Allah, karena Allah-lah yang berkuasa untuk mengubah jalan hidupnya sekehendak-Nya; karena Allah-lah yang menciptakan mereka semua. Selain Allah  adalah makhluk yang diciptakan, yang membutuhkan Sang Pencipta, yakni  Allah. 

Dengan demikian, maka pasti tidak ada pencipta selain Allah, dan seorang hamba tidak bisa bergerak sedikit pun kecuali atas izin-Nya dan tidak bisa diam kecuali atas izin-Nya. Dengan demikian, semua itu akan mengakibatkan keterikatan hati seorang manusia dengan Allah, selalu meminta bantuan-Nya dan membutuhkan-Nya. Selain itu, dia akan menyandarkan semua urusannya kepada-Nya dengan penuh kesungguhan dan tawakkal dalam menghadapi realitas kehidupan.

Dia akan dipenuhi rasa tenang, teguh, dan kerja keras. Karena jika seseorang sudah mencurahkan seluruh kerja kerasnya untuk mendapatkan apa yang dia cita-citakan dalam hidupnya, yang dibarengi dengan doa kepada Allah maka dia sudah melaksanakan hal yang semestinya. Dengan demikian, dia tidak akan merasa in dengan apa yang dimiiki oleh orang lain. Sebab, dia yakin bahwa semua urusan hidup mi pada hakikatnya berada di tangan Allah . Dialah yang menentukan segala sesuatunya.

Melenyapkan Rhurafat
• Sebelurn Islam datang. mayoritas bangsa Arab bangsa bangsa Iainnya memiliki keterantungan pada mitos takhayul, dan khaya)an (ilusi) yang banyak diyakini oleh di jazirak Arab Bahkan ketika d-iturunkan, pa mulanya mereka menyangka AlQur’an Al-Karim adalah sejenis mitos dongeng dan bahkan sihir

•Dengan cahaya petun;uknya Islam datang membebaskan akal manusia yang terbelenggu khurafat nitos dan khayalan, melaim syariat dan ajaran ajaran yang membuat akal  jiwa menjadi cemerlang Islam menjadikan jiwa tergantung kepada Allah semata bukan kepada yang Iainya Di antaranya dengan:

1 Melawan sihir dan magis
Islam mengharamkan semua jenis sihir, magis, dan perdukunan, serta menggolongkan hal-hal tersebut sebagal perbuatan syirik dan sesat. Islam juga menetapkan bahwa seorang tukang sihir tidak akan mendapat keberuntungan, balk di dunia ataupun di akhirat. Allah berfirman, “Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dan dari mana saja dia datang.” (Thaha: 69)

Dengan demikian, Islam melarang seorang Muslim untuk mendatangi dan meminta pertolongan dukun, baik untuk tujuan berobat atau untuk menyelesaikan kesulitan hidup. Islam menetapkan perbuatan tersebut sebagai tindakan kekafiran terhadap syariat Nabi Muhammad . Sebab, pada hakikatnya, satu-satunya yang mengetahui perkara ghaib serta pemberi kebaikan dan penimpa bahaya hanyalah Allah . Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi paranormal lalu dia bertanya kepadanya, kemudian dia mernpercayainya maka dia sudah kufur kepada syariat Nabi Muhammad “ (HR Ahmad)

2. Kebakan dan keburukan ada di tangan Allah
Seluruh makhluk hidup, baik manusia, pepohonan, bebatuan, dan juga planet planet sebesar apa pun itu tiada lain hanyalah tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta. Tidak ada satupun manusia yang mempunyai kemampuan luar biasa yang dapat memengaruhi alam semesta. Karena hak penciptaan, memenintah, kekuasaan dan pengaturan itu mutlak milik Allah. Sebagaimana Allah berfirman, “Ingatlah, menciptakan dan memerin tab hanyalah hakAllah. MahasuciAllah, Tuhan semesta alam.”(AI-A’raf: 54)

Siapapun yang berpikir tentang keindahan tata hidup, dan keagungan penciptaannya, niscaya dia menyadari bahwa Sang Penciptanya adalah Tuhan Yang Mahakuasa, Maha mengatur, serta satu-satunya yang berhak untuk disembah, bukan yang lainnya. Dialah Allah Sang Pencipta, dan yang lainnya adalah ciptaan-Nya. Allah berfirman, “Dan sebagian dan tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah bensujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan. Sujudlah kepada .Allah Yang menciptakannya,jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (Fushshilat: 37)

3. Hanya Allah yang mengetahui Hal Ghaib Supranatural
Sudah dijelaskan bahwa tidak ada yang mengetahui perkara ghaib dan persoalan yang terjadi di masa depan, kecuali Allah. Siapa saja yang berusaha mengetahuinya melalui perantara dukun dan paranormal, maka dia pasti berdusta. Allah berfirman, “Dan Allah mempunyai kunci alam ,qhaib yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia.” Bahkan manusia yang paling mulia di sisi-Nya sekalipun, yaitu Rasulullah tidak memiliki kekuatan apa pun, serta tidak mengetahui persoalan ghaib dan perkara yang belum terjadi. Jika demikian, logikanya, apalagi kita yang hanya manusia biasa. 

Allah berfirman, “Katakanlah, Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang di kehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringa tan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Al-A’raf: 188).

Islam mengharamkan persangkaan dan anggapan sial serta sikap pesimis terhadap sesuatu, warna, ucapan, dan sebagainya. Sebaliknya, Islam menganjurkan kita untuk selalu optimis dan penuh harapan untuk menatap masa depan.

Di antara contoh anggapan sial dan pesimisme adalah tindakan thiyarah, yaitu anggapan buruk berdasarkan gerak-gerik burung. Misalnya ketika seseorang yang pesimis hendak melakukan perjalanan jauh, lalu tiba-tiba dia membatalkan perjalanannya karena melihat tindak tanduk burung tertentu atau mendengar suara tertentu sebelum dia pergi. Rasulullah menyatakan tindakan demikian sebagal kemusyrikan. Beliau bersabda,“Menentukan nasib dengan burung itu perbuatan syirik” [HR. Abu Daud, no. 3912 dan Ibnu Majah, no. 3538).

Sebab, hal itu bertolak belakang dengan keimanan seseorang yang percaya bahwa hanya Allah-lah yang mengatur alam ghaib.Sebaliknya, Islam menganjurkan umatnya untuk selalu optimis, senantiasa berharap yang terbaik bagi dirinya, dan berprasangka baik kepada Allah. Rasulullah selalu bersikap demikian. Dalam Sebuah hadits beliau bersabda bahwa beliau selalu optimis dan menyukai kalimat yang baik [HR. A1-Bukhari, no. 5776 dan Muslim, no. 2224)

Buah Keimanan terhadap Tauhid Rububiyah
1. Menguatkan fiat dan keberanian dalam hati dalam menghadapi kesulitan dan cobaan hidup. Sebab, Allah yang mengatur hidup seseorang. Dengan begitu, orang itu akan bertawakkal kepada Allah dalam menghadapi segala kesulitan hidupnya.

2.Mengimani Allah sebagai Sang Pencipta menjadi motivasi terkuat untuk senantiasa beribadah kepada-Nya, mencintai-Nya, bertawakkal, dan menjadikan-Nya sebagai tempat kembali. Allah ‘ berfirman, “Dan kepunyaan Allah-lab apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nyalah dikembalikan urusan-urusan semuanya. Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya” (Hud: 123).

3.Keimanan dapat membersihkan jiwa dan noda khurafat dan takhayul. Maka siapapun yang beriman kepada Allah dengan penuh keyakinan, dia akan menyerahkan segenap hidupnya kepada Allah ‘. Karena Allah ‘ adalah Tuhan semesta alam, Dialah Tuhan satu-satunya yang tiada Tuhan selain-Nya. Maka orang itu tidak akan takut kepada selain Allah dan tidak menggantungkan hatinya kepada manusia. Karenanya, dia akan terbebas dan khurafat, khayalan dan mitos.

3. Mengimani Allah sebagai Ilcth, Tuhan yang Berhak Diibadahi (Uluhiyah)
Makna Beriman kepada Tauhid Uluhiyah
Maknanya, keyakinan absolut bahwa hanya Allah semata yang berhak untuk disembah; baik secara lahir dan batin. Segala bentuk ibadah hanya diperuntukkan bagi Allah; misalnya berdo’a, takut, bertawakkal, meminta pertolongan, zakat, dan puasa. Dengan demikian, yang berhak untuk disembah itu hanyalah Allah . Firman-Nya, “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” 
(A1-Baqarah: 163).

Allah mengabarkan bahwa Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan satu-satunya yang erhak dan boleh disembah. Maka dilarang menjadikan sesuatu selain-Nya sebagai Tuhan dan sesembahan.

Urgensi Beriman kepada Tauhid Uluhiyah
Urgensi keimanan kepada Tauhid Uluhiyah, bisa dilihat dalam berbagai aspek berikut inii:

1.Meyakini bahwa menyembah Allah adalah tujuan utama dan penciptaan manusia dan jin. Karena jin dan manusia tidak diciptakan kecuali untuk menyembah-Nya, tanpa menyekutukan-Nya. Allah  berfirman, “Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” 
(Adz-Dzariyat: 56)

2.Menyembah Allah adalah tujuan utama dan diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab samawi. Tujuan akhir dan semua itu adalah pengakuan bahwa hanya Allahlah yang berhak untuk disembah dan mengingkani semua sesembahan selain-Nya. Firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (Untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (An-Nahl: 36)

3.Menyembah Allah merupakan kewajiban utama manusia. Sebagaimana disebutkan, dalam sebuah wasiat Nabi Muhammad kepada sahabatnya, Muadz bin Jabal, ketika mengutusnya ke Yaman: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum Ahli Kitab. Maka hendaknya yang pertama engkau sampaikan adalah syahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.” (HR. Al-Bukhari, no. 1389 dan Muslim, no. 19). Makna dan hadits ini adalah kewajiban untuk mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah.

4.Beriman kepada Tauhid Uluhiyah adalah substansi dan kesaksian La ilaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah). Maka, Tuhan dalam konteks sesembahan adalah Allah dan tidak boleh mengalihkan ibadah kepada selain Allah.

5.Beriman kepada Tauhid Uluhiyah adalah konsekuensi dan keimanan kepada Tauhid Rububiyah (mengimani Allah sebagai Sang Pencipta, Dzat Yang Mahakuasa dan Maha Maha Mengatur).

No comments: